Rabu, 22 September 2010

all about train :)









THE UNIQUE RAIL

Gerakan 30 September: Antara Fakta dan Rekayasa

Gerakan 30 September: Antara Fakta dan Rekayasa

Soeharto mati meninggalkan warisan sejarah kontroversial, termasukG30S. Soeharto disebut-sebut terlibat dalam peristiwa tragis itu. Olehsaksi dan sejumlah pelaku sejarah , serta sejarawan, dikatakan Soehartomengetahui rencana penculikan para jenderal tapi tidak berusahamencegahnya. Itulah salah satu titik kontroversi G30S. Buku yang terbitpertama kali pada 1999 ini menyebutkan ada enam titik kontroversi (hlm.6-9). Pertama, siapa dalang gerakan 1 Oktober 1965? Kedua, mengapaMayjen Soeharto menghalangi Mayjen Pranoto Reksosamodro menghadapPresiden Soekarno untuk didaulat menjadi Men/Pangad, jabatan yangditinggalkan Letjen Ahmad Yani? Ketiga, mengapa Soeharto seolah-olahmengulur waktu untuk merebut Gedung RRI dari tangan G30S? Keempat,mengapa penggalian mayat para jenderal baru dilaksanakan pada 4 Oktober1965, padahal lokasinya sudah diketahui pada 3 Oktober? Kelima, adakahkonspirasi antara Letkol Untung Syamsuri (pemimpin lapangan), KolonelLatief, Sjam Kamaruzzaman, dan Mayjen Soeharto? Keenam, mengapa KetuaPartai Komunis Indonesia, D.N. Aidit, dibunuh ketika dia tertangkap diBoyolali, padahal kesaksiannya di pengadilan akan sangat membantu untukmenyingkap tabir G30S yang sebenarnya? Yang menarik pada buku iniadalah pengungkapan pertemuan Kolonel Latief dan Soeharto di RSAD GatotSoebroto beberapa jam menjelang penculikan para jenderal. Waktu ituanak Soeharto yang berusia tiga tahun, Tommy, ketumpahan sup panas dandilarikan ke rumah sakit itu. Di sana pada sekitar pukul 21.00, Latiefmenemui Soeharto. Menurut pengakuan Soeharto, dalam wawancara dengansurat kabar Del Spiegel Jerman Barat pada Juni 1970, kedatangan Latiefuntuk membunuhnya. "Tapi, nampaknya ia tidak melaksanakan berhubungkekhawatirannya melakukan di tempat umum," ujar Soeharto. PengakuanSoeharto itu bertentangan dengan jawaban yang diberikan kepada penulisbernama Brachman pada 1968, yang mengatakan bahwa Kolonel Latief datanguntuk menanyakan kesehatan anaknya. "Saya terharu ataskeprihatinannya," kata Soeharto (hlm 18). Sementara itu, Latief sendirimengatakan: "Yang sebenarnya saya pada malam itu di samping memangmenengok putranda yang sedang terkena musibah itu, sekaligus sayamelaporkan akan diadakannya gerakan pada esok pagi harinya untukmenggagalkan Coup d''Etat dari Dewan Jenderal, di mana beliau sudah tahusebelumnya." (hlm 20). Buku ini juga mengungkap kesaksian Boengkoes,yang muncul di media massa setelah Soeharto lengser. Boengkoes adalahserma pelaku langsung G30S. Saat gerakan berlangsung ia mendapat tugasmenangkap Mayjen MT Haryono. Kesaksian Boengkoes dalam buku inimerupakan kompilasi dari wawancara sejumlah media massa, setelahBoengkoes dibebaskan dari LP Cipinang pada 25 Maret 1999. Salah satupoin kesaksiannya adalah bahwa para jenderal itu tidak disiksa terlebihdahulu sebelum ditembak. Ini sangat berbeda dengan yangdigembar-gemborkan Orde Baru bahwa para jenderal itu digambarkandisiksa bahkan dikatakan disayat-sayat, apalagi penis dipotong. "Parajenderal itu dipapah sampai bibir sumur baru kemudian ditembak,"ujarnya. Kesaksian Boengkoes mempertegas hasil Selain itu, kataBoengkoes, "Dan tidak benar kalau ada pesta dan nyanyi-nyanyi (sepertifilm tayangan TV). Suasana saat itu benar-benar sepi...." Masih adasejumlah kesaksian pelaku sejarah mengenai G30S, yang menarik untukdiketahui sebagai perbandingan dengan sejarah G30S versi Orde Baru yangtidak akurat atau sengaja dipalsukan.


BIMA TRAIN GAMBIR-SURABAYA GUBENG, my favourite train because the train is very beautiful than the others train :)

Pengikut